MAKALAH
TENTANG SENI ETSA
Nama :
Fanuel Damas E
No : 20
Kelas : XI
TKJ
1.Pengertian
Etsa
Etsa adalah
proses dengan menggunakan asam kuat untuk mengikis
bagian permukaan logam yang tak terlindungi untuk menciptakan
desain pada logam atau bisa juga proses pembuatan gambar atau ukiran pada pelat
tembaga yang dilapisi lilin dengan benda tajam, kemudian membiarkan garis-garis
yang diperoleh itu terkena korosi cairan asam.
Hasil cetakan etsa umumnya bersifat
linear dan seringkali memiliki detail dan kontur halus. Garis bervariasi dari
halus sampai kasar.Teknik etsa berlawanan dengan teknik cukil kayu, pada etsa
bagian permukaan tinggi bebas tinta, bagian permukaan rendah menahan tinta.
Mula-mula selembar plat logam (biasanya tembaga, seng atau baja) ditutup dengan
lapisan semacam lilin. Kemudian seniman menggores lapisan tersebut dengan jarum
etsa yang runcing, sehingga bagian logamnya terbuka. Plat tersebut lalu
dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam disapukan di atasnya. Asam akan
mengikis bagian plat yang digores (bagian logam yang terbuka/tak terlapisi).
Setelah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari plat, dan proses pencetakan
selanjutnya sama dengan proses pada engraving.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim
Dine, Otto Dix, James Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward
Hopper, Horst Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden, Henri
Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego and Cy
Twombly.
2.Teknik Etsa
Etsa atau Etchant, adalah proses dengan menggunakan
larutan asam kuat untuk mengikis bagian permukaan logam yang tak terlindungi
untuk menciptakan desain pada logam. Sebagai metode dalam seni grafis, Etsa
merupakan teknik paling penting dalam sejarah karya seni grafis Barat (old
master prints) dan masih tetap banyak digunakan sampai sekarang.
Seni grafis dikenal
sebagai cabang seni rupa yang proses pembuatannya menggunakan teknik cetak.
Beberapa teknik cetak diantaranya cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar dan
cetak saring. Tiap teknik cetak yang dibuat seniman menghasilkan karya seni
grafis yang orisinil, bukan merupakan sebuah salinan.
Konon, teknik cukil
kayu diatas kertas dikembangkan sekitar 1400 silam di Eropa, dan beberapa waktu
kemudian di Jepang. Seniman membuat sketsa terlebih dulu pada bidang kayu atau
diatas kertas yang lalu dipindahkan ke papan kayu. Ada pula Engraving, yang
memakai alat dari logam yang diperkeras disebut dengan burin untuk mengukir
desain ke permukaan logam, tradisionalnya menggunakan plat tembaga. Alat ukir
itu memiliki beragam bentuk dan ukuran, menghasilkan jenis garis yang
berbeda-beda.
Drypoint merupakan
variasi dari engraving. Teknik ini disebut goresan langsung menggunakan alat
runcing. Goresan drypoint akan meninggalkan kesan kasar pada tepi garis. Kesan
ini memberi ciri kualitas garis yang lunak dan kadang terkesan kabur. Drypoint
hanya berguna untuk jumlah edisi yang sangat kecil.
Etsa merupakan teknik
cetak yang menggunakan media cetak berupa lempengan tembaga. Untuk pembuatan
klise acuan dilakukan dengan penggunaan larutan asam nitrat yang bersifat
korosit terhadap tembaga. Jika dibanding dengan engraving, etsa memiliki
kelebihan. Tidak seperti engraving yang memerlukan keterampilan khusus
pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang terbiasa
menggambar. Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki
kontur yang halus.
Teknik etsa sudah
dipakai lama didunia percetakan jaman dahulu. Yaitu huruf text yang disusun
untuk membuat artikel dikoran-koran.
Teknik Etsa ini bisa untuk mengukir
kuningan atau tembaga.
Caranya tidak sulit,
hanya membutuhkan ketekunan dan ketelitian.
Ada beberapa tahap:
- Membuat film ( klise)
- Melapisi logam yang akan di Etsa dengan lapisan peka cahaya.
- Pengeringan logam yang sudah di lapisi (coating)
- Pengetsaan
1. Membuat film (
klise )
Rancangan gambar yang
akan kita buat ukiran diatas logam, bisa kita gambar langsung, kalau rancangan
gambar itu mampu anda gambar, misalnya gambar yang kasar dan dengan garis yang
besar. Tetapi untuk gambar yang halus, kecil dan rumit harus dibuat memakai
film atau klise.
Kalau dulu saya
memakai film Ortho dan memakai alat pembesar Foto yang disebut Photo
Enlarger, dan pengerjaannya di kamar gelap (Dark Room)
Kalau sekarang tidak perlu dikamar gelap, bisa memakai computer dan printer laser. Serta penguasaan program photo editing “ Adobe Photoshop” dengan memakai plastic mika atau kertas kalkir.
Kalau sekarang tidak perlu dikamar gelap, bisa memakai computer dan printer laser. Serta penguasaan program photo editing “ Adobe Photoshop” dengan memakai plastic mika atau kertas kalkir.
2. Melapisi logam
yang akan di Etsa dengan lapisan peka cahaya.
Lapisan peka cahaya,
bisa anda buat sendiri :
Larutan A:
gelatin 50 gram
Air bersih
77 cc ( hangat )
Aduk sampai larut
benar.
Larutan B:
Amonium Bicromat
10 gram
Air bersih
50 cc
Kedua larutan
dicampur didalam kamar gelap yang kedap cahaya sampai tercampur rata.
Lapisi logam pakai
kuas, usahakan lapisannya rata, jangan tebal tipis. Dan jangan ada bidang yang
terlewatkan. ( agar bisa melihat dengan jelas, ruangan boleh tidak
terlalu gelap, yang pasti jangan ada cahaya langsung menimpa permukaan logam).
Setelah terlapisi,
keringkan dengan kipas angin atau dibiarkan kering sendiri, dan masih berada
dikamar gelap. Hindari permukaan yang sudah dilapisi terkena goresan atau debu.
Setelah kering,
letakkan film diatas permukaan logam yang ada lapisan peka cahaya, diatas film
letakkan kaca setebal 5mm selebar potongan logam yang anda pakai. Dibawah
logam, bila anda memakai pelat logam yang tipis ( 0.5-3 mm) di tahan dengan
kayu atau triplek yang tebal. Seperti gambar dibawah ini.
Selanjutnya sambil
ditekan agar logam dan film merapat dengan baik, jangan sampai longgar, karena
hasilnya tidak tajam. Dan letakkan dibawah sinar matahari selalu 5 menit.
Setelah cukup, masukkan lagi kekamar gelap, lepaskan semua lapisan, termasuk
filmnya, siram permukaan logam dengan air sampai terlihat gambar yang jelas
yang bersih.
Dibawah film yang
hitam, akan terlihat permukaan logam, sedang yang bening transparant lapisan
peka cahaya masih tertinggal.
Setelah itu masukkan
logam kedalam larutan methylviolet 10 gram dicampur air bersih 500cc, gambar
akan terlihat lebih terang. Biarkan selama 5-10 menit, setelah itu cuci dengan
air lagi.
Setelah melapisi
dengan methylviolet, masukkan kedalam larutan penguat ( fixer) 5-10 menit.
Campurannya:
Kalium Bicromat
100 gram
Chroomaluin
50 gram
Air
bersih
500 gram
3.Pengeringan logam
yang sudah di lapisi (coating)
Keringkan plat diatas
kompor, pakailah penjepit agar tidak panas. Usahakan jangan sampai gosong dan
melengkung.
Setelah itu
dinginkan, dan pada bagian belakang pelat, lapisi dengan cat atau cairan aspal agar
tidak ikut tergerus ( erosi )
4. Pengetsaan
Untuk proses
pengetsaan, siapkan wadah plastic yang lebarnya kurang lebih dua kali lebar
logam. Sebelumnya siapkan dulu larutan Etsa:
Ferichlorit
2 bagian
Air Hangat ( bukan
panas ) 10 bagian
Aduk sampai rata,
masukkan logamnya, goyangkan perlahan terus, sampai kedalaman yang anda
inginkan. Tidak ada ketentuan berapa lama waktu pengetsaan, karena tergantung
seberapa dalam yang anda inginkan, dan seberapa pekat larutan yang anda buat.
Semakin pekat semakin cepat, tetapi hasil etsa kurang halus.
Setelah selesai,
bersihkan permukaan dan bagian belakang bisa menggunakan amplas, bensin
atau thinner.
Contoh hasil
kerajinan seni etsa:
KESIMPULAN :
Etsa adalah bagian dari kelompok teknik
intaglio bersama dengan engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini
diyakini bahwa penemunya adalah Daniel Hopfer (sekitar 1470-1536) dari
Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa
kemudian menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang
populer.Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang memerlukan
ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh
seniman yang terbiasa menggambar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar