Rabu, 17 September 2014

Makalah tentang seni ETSA



MAKALAH
TENTANG SENI ETSA







 






Nama : Fanuel Damas E
No : 20
Kelas : XI TKJ
 1.Pengertian Etsa
Etsa adalah proses dengan menggunakan asam kuat untuk mengikis bagian permukaan logam yang tak terlindungi untuk menciptakan desain pada logam atau bisa juga proses pembuatan gambar atau ukiran pada pelat tembaga yang dilapisi lilin dengan benda tajam, kemudian membiarkan garis-garis yang diperoleh itu terkena korosi cairan asam.
Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki detail dan kontur halus. Garis bervariasi dari halus sampai kasar.Teknik etsa berlawanan dengan teknik cukil kayu, pada etsa bagian permukaan tinggi bebas tinta, bagian permukaan rendah menahan tinta. Mula-mula selembar plat logam (biasanya tembaga, seng atau baja) ditutup dengan lapisan semacam lilin. Kemudian seniman menggores lapisan tersebut dengan jarum etsa yang runcing, sehingga bagian logamnya terbuka. Plat tersebut lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam disapukan di atasnya. Asam akan mengikis bagian plat yang digores (bagian logam yang terbuka/tak terlapisi). Setelah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari plat, dan proses pencetakan selanjutnya sama dengan proses pada engraving.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim Dine, Otto Dix, James Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward Hopper, Horst Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden, Henri Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego and Cy Twombly.

2.Teknik Etsa
Etsa atau Etchant, adalah proses dengan menggunakan larutan asam kuat untuk mengikis bagian permukaan logam yang tak terlindungi untuk menciptakan desain pada logam. Sebagai metode dalam seni grafis, Etsa merupakan teknik paling penting dalam sejarah karya seni grafis Barat (old master prints) dan masih tetap banyak digunakan sampai sekarang.

Seni grafis dikenal sebagai cabang seni rupa yang proses pembuatannya menggunakan teknik cetak. Beberapa teknik cetak diantaranya cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar dan cetak saring. Tiap teknik cetak yang dibuat seniman menghasilkan karya seni grafis yang orisinil, bukan merupakan sebuah salinan.
Konon, teknik cukil kayu diatas kertas dikembangkan sekitar 1400 silam di Eropa, dan beberapa waktu kemudian di Jepang. Seniman membuat sketsa terlebih dulu pada bidang kayu atau diatas kertas yang lalu dipindahkan ke papan kayu. Ada pula Engraving, yang memakai alat dari logam yang diperkeras disebut dengan burin untuk mengukir desain ke permukaan logam, tradisionalnya menggunakan plat tembaga. Alat ukir itu memiliki beragam bentuk dan ukuran, menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.
Drypoint merupakan variasi dari engraving. Teknik ini disebut goresan langsung menggunakan alat runcing. Goresan drypoint akan meninggalkan kesan kasar pada tepi garis. Kesan ini memberi ciri kualitas garis yang lunak dan kadang terkesan kabur. Drypoint hanya berguna untuk jumlah edisi yang sangat kecil.
Etsa merupakan teknik cetak yang menggunakan media cetak berupa lempengan tembaga. Untuk pembuatan klise acuan dilakukan dengan penggunaan larutan asam nitrat yang bersifat korosit terhadap tembaga. Jika dibanding dengan engraving, etsa memiliki kelebihan. Tidak seperti engraving yang memerlukan keterampilan khusus pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar. Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki kontur yang halus.
Teknik etsa sudah dipakai lama didunia percetakan jaman dahulu. Yaitu huruf text yang disusun untuk membuat artikel dikoran-koran. 

Teknik Etsa ini bisa untuk mengukir kuningan atau tembaga.
Caranya tidak sulit, hanya membutuhkan ketekunan dan ketelitian.
Ada beberapa tahap:
  1. Membuat film ( klise)
  2. Melapisi logam yang akan di Etsa dengan lapisan peka cahaya.
  3. Pengeringan logam yang sudah di lapisi (coating)
  4. Pengetsaan
1. Membuat film ( klise )
Rancangan gambar yang akan kita buat ukiran diatas logam, bisa kita gambar langsung, kalau rancangan gambar itu mampu anda gambar, misalnya gambar yang kasar dan dengan garis yang besar. Tetapi untuk gambar yang halus, kecil dan rumit harus dibuat memakai film atau klise.
Kalau dulu saya memakai film Ortho dan memakai alat pembesar Foto yang disebut  Photo Enlarger, dan pengerjaannya di kamar gelap (Dark Room)
Kalau sekarang tidak perlu dikamar gelap, bisa memakai computer dan printer laser. Serta penguasaan program photo editing “ Adobe Photoshop” dengan memakai plastic mika atau kertas kalkir.
2. Melapisi logam yang akan di Etsa dengan lapisan peka cahaya.
Lapisan peka cahaya, bisa anda buat sendiri :
Larutan A:    gelatin           50 gram
Air bersih      77 cc  ( hangat )
Aduk sampai larut benar.
Larutan B:    Amonium Bicromat            10 gram
Air bersih      50 cc
Kedua larutan dicampur didalam kamar gelap yang kedap cahaya sampai tercampur rata.
Lapisi logam pakai kuas, usahakan lapisannya rata, jangan tebal tipis. Dan jangan ada bidang yang terlewatkan.  ( agar bisa melihat dengan jelas, ruangan boleh tidak terlalu gelap, yang pasti jangan ada cahaya langsung menimpa permukaan logam).
Setelah terlapisi, keringkan dengan kipas angin atau dibiarkan kering sendiri, dan masih berada dikamar gelap. Hindari permukaan yang sudah dilapisi terkena goresan atau debu.
Setelah kering, letakkan film diatas permukaan logam yang ada lapisan peka cahaya, diatas film letakkan kaca setebal 5mm selebar potongan logam yang anda pakai. Dibawah logam, bila anda memakai pelat logam yang tipis ( 0.5-3 mm) di tahan dengan kayu atau triplek yang tebal. Seperti gambar dibawah ini.
http://keramik88.com/wp-content/uploads/2011/03/Etsa.jpg
Selanjutnya sambil ditekan agar logam dan film merapat dengan baik, jangan sampai longgar, karena hasilnya tidak tajam. Dan letakkan dibawah sinar matahari selalu 5 menit. Setelah cukup, masukkan lagi kekamar gelap, lepaskan semua lapisan, termasuk filmnya, siram permukaan logam dengan air sampai terlihat gambar yang jelas yang bersih.
Dibawah film yang hitam, akan terlihat permukaan logam, sedang yang bening transparant lapisan peka cahaya masih tertinggal.
Setelah itu masukkan logam kedalam larutan methylviolet 10 gram dicampur air bersih 500cc, gambar akan terlihat lebih terang. Biarkan selama 5-10 menit, setelah itu cuci dengan air lagi.
Setelah melapisi dengan methylviolet, masukkan kedalam larutan penguat ( fixer) 5-10 menit. Campurannya:
Kalium Bicromat     100 gram
Chroomaluin           50 gram
Air bersih                  500 gram
3.Pengeringan logam yang sudah di lapisi (coating)
Keringkan plat diatas kompor, pakailah penjepit agar tidak panas. Usahakan jangan sampai gosong dan melengkung.
Setelah itu dinginkan, dan pada bagian belakang pelat, lapisi dengan cat atau cairan aspal agar tidak ikut tergerus ( erosi )
4. Pengetsaan
Untuk proses pengetsaan, siapkan wadah plastic yang lebarnya kurang lebih dua kali lebar logam. Sebelumnya siapkan dulu larutan Etsa:
Ferichlorit     2 bagian
Air Hangat ( bukan panas ) 10 bagian
Aduk sampai rata, masukkan logamnya, goyangkan perlahan terus, sampai kedalaman yang anda inginkan. Tidak ada ketentuan berapa lama waktu pengetsaan, karena tergantung seberapa dalam yang anda inginkan, dan seberapa pekat larutan yang anda buat. Semakin pekat semakin cepat, tetapi hasil etsa  kurang halus.
Setelah selesai, bersihkan permukaan dan bagian belakang bisa menggunakan amplas, bensin  atau thinner.
Contoh hasil kerajinan seni etsa:
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRRXEsCZJekfA8e4XNGS5aakhun7iegVLixmRK557Zch4Ra8gdygA
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSm5z0K1IuLzTqhW3O9Yx7kSrd53tmO6LYqi8-GDdumCCwyA_l_
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSNWmbFg6ZroXc1-mpn4Cy3VRbx44wpnRK7k7egvZ5FeYWmx1kdGg
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSesYIGkSv3khxcjWTRZZ0FeJ_pUJwRpKL0q59jNR-UG_vq6jGS

KESIMPULAN :
Etsa adalah bagian dari kelompok teknik intaglio bersama dengan engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini bahwa penemunya adalah Daniel Hopfer (sekitar 1470-1536) dari Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa kemudian menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang populer.Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang memerlukan ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar